8 Nilai Perjalanan
We are driven into wild rage by our luxurious lives, so that whatever does not answer our whims, arouses our anger.” –Seneca
Terasa
asing dan bingung.
Berjam
jam terdiam di dalam pesawat dan tak bisa tidur.
Tercengang
akan keadaan sekitar yang sangat berbeda akan kampung halaman.
Berjalan
jalan tanpa arah dengan menggendong ransel berat dan membawa sebotol air minum
karena merasa kehausan dan lelah berputar.
Nafas
terasa berat karena baru pertama kali menemui dinginnya musim semi di negeri 4
musim membuat tubuh serasa berada dalam kulkas.
Berada
di negeri orang dengan kemampuan bahasa Inggris yang pas pasan.
Apakah
ini yang dinamakan jet lag?
Pada
awal kedatangannya terasa sedikit aneh dan emosional. Tapi setelah berjalan
jalan menelusuri dan menemukan hal baru, disaat itulah perjalanan yang
sesungguhnya baru dimulai. Bukan hanya hal yang mengasyikan dan menyenangkan
saja, tapi hal yang menyebalkan,mengerikan,memilukan, dan berbahaya bahkan
sering menghampiri. Disinilah arti perjalanan yang memberi pengajaran. Dimana travelling
become a new teacher!
1.
Memberikan arti
persahabatan dan hubungan dengan orang2 yang kamu tinggal
Ketika kamu sedang jauh dari keluarga dan teman teman, dan
disaat itulah kamu merasa bahwa akan ada beberapa orang yang benar benar kamu
rindukan. Orang orang itulah yang ternyata adalah orang2 yang memiliki batin
yang kuat denganmu. Ketika kamu merasakan nostalgia dan mengingat kejadian yang
pernah kamu alami dengan mereka, itu berarti hubungan itu semakin mendalam dan
vital. Disaat kamu kembali, lepaskan semua kerinduanmu dan peluklah dia. Buat
kembali momen2 yang menyenangkan dan berarti sebagai kenangan akan milestone
kehidupanmu!
2.
Membuat kita tahu rasanya
menjadi minoritas
Perasaan menjadi minoritas telah aku rasakan semenjak aku
lahir hingga sekarang. Pernah ada rasa bahwa aku ini sendirian dan tak punya
kawan, ada pula merasa bahwa dengan adanya perbedaan kecil ini, keadaan sekitar
malah menjadi menarik. Kemampuan untuk menempatkan diri dan menunjukkan rasa
empati sangat diperlukan agar dapat hidup rukun dan diterima di komunitas
mayoritas.
3.
Tanggap akan perubahan
“I realized
that many of the most important changes in my life had come about because of my
travel experiences.” –Michael Crichton
Terus berada di zona
nyaman memang tak akan bisa membuatku berkembang dalam pikiran atau menjadi
paham akan permasalahan yang ada. Ketika masalah datang kita harus sesegera
mungkin menyikapinya; entah menghadapinya secara emosi atau tenang, dan memilih
untuk menganggapnya sebagai masalah penting yang harus diselesaikan atau
mengabaikannya. Kita hanya punya 2 pilihan, untuk mengahadapinnya atau
menghindarinya. Perubahan itu akan terasa benar2 ada ketika kita bisa menyelesaikan
suatu masalah penting dengan menghadapi pergejolakan hati yang hebat. Cara kita
untuk tanggap dalam mengambil keputusan untuk menghadapi perubahan itulah yang
menentukan seberapa jauh kedewasaan.Tanpa disadari, hampir 90% perubahan
penting dalam diri kita terjadi dan datang karena pengalaman perjalanan kita.
4.
Membaca
lebih banyak buku
Walaupun teknologi sudah mulai maju dan canggih tapi tetap
kebutuhan kita untuk membaca buku tentang tempat wisata tujuan kita, bahasa
asing, sejarah, tips,budaya daerah setempat dan bahkan ulasan pengalaman dari
orang lain sangat dibutuhkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita untuk
bertahan hidup atau untuk menikmati perjalanan kita. Ketertarikan untuk membaca
buku akan muncul seketika kita merasa ada sesuatu yang menarik tentang suatu
hal. Dengan membaca banyak buku, niscaya
kita akan punya pegangan yang kuat dalam perjalanan hidup kita, yaitu ilmu
pengetahuan.
5.
Pemahaman budaya
Walaupun tinggal disatu lingkungan rt yang sama pasti ada
perbedaan budaya diantara masyarakat. Tetapi mungkin perbedaan budaya itu tidak
terlalu mencolok sehingga kita dengan mudah menalarnya dengan otak mengapa
budaya itu berbeda. Tetapi apabila kita berada di kota yang berbeda, negara
yang berbeda, masyrakat yang berbeda, bahasa yang berbeda, pasti perbedaan
budaya itu akan terasa aneh. Mengapa orang amerika menggunakan jalur kanan saat
berkendara di jalan, mengapa orang Jepang menunduk saat memberi salam, mengapa
orang Itali sangat sering menggerakkan tangan saat berbicara, mungkin itulah
perbedaan budaya yang harus kita pahami.Terkadang ada juga budaya yang aneh
tapi menjadi daya tarik tersendiri.
6.
Menemukan jati diri
Ketika kamu berkelana diluar zona nyamanmu, maka kamu akan
dihadapkan pada situasi dimana kamu harus melakukan beberapa spekulasi tindakan
secara tiba tiba dan disaat itulah kamu bisa mengetahui jati dirimu. Orang
seperti apakah kamu ya hanya kamulah yang bisa memahaminya. Pahami diri
sendiri, dan bentuk karaktermu sendiri seturut dengan perjalanan hidupmu. Kamu
hanya akan bisa memahami siapakah dirimu kalo kamu coba keluar menelusuri dan
memberanikan diri tinggal diluar zona nyaman dan rutinitasmu!
7.
Mengajarkan diri untuk
cepat “move on”
Kamu tak akan mungkin hidup dengan 1 rumah, 1 pasangan, 1 hubungan
yang sama pastinya. Dengan terus bergerak dan melanjutkan perjalanan membuat
hidup kita tidak selalu menoton dan stagnan. Hidup ini seperti siklus yang
bertahap, selalu silih berganti tiap satu perjalan usai, akan ada perjalanan
lain yang menunggu. Kita hanya perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perjalanan
yang baru tanpa meninggalkan nilai-nilai pengalaman dan pengajaran penting dari
perjalanan yang sebelumnya. Tahap dan fase kehidupan ini akan selesai hanya saat
kita ‘selesai’ atau dengan kata lain tidak ada yang bisa kita kembangkan lagi
dari diri kita alias; mati.
8.
Menemukan harta karun yang
tak terduga.
Tinggal di Jepang selama 11 bulan adalah pengalamanku untuk
pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya. Dalam tempo selama itu pastinya ada
banyak momen berkesan, momen menyedihkan, momen menyenangkan, dan sebagainya.
Ada kalanya disaat kita berharap untuk mendapatkan sesuatu ternyata hanya
dibayar dengan kekecewaan. Namun, ada kalanya juga saat kita mendapat sesuatu
yang begitu indah, hingga menyadarinya sebagai kenyataan ialah mustahil. Hal
itu kusadari saat aku berada pada hari-hari sebelum aku meninggalkan Jepang untuk
kembali ke Indonesia. Saat itu sedang musim salju dan badai salju sedang ganas-ganasnya
menghantam Niigata, suatu prefektur di Jepang. Aku sudah merasa sangat selesai
dengan perjalananku di Jepang ini, sehingga sudah tak sabar lagi diri untuk
cepat pulang bertemu dengan keluarga dan teman-teman yang menunggu. Tak sampai
pikiranku untuk mengingat kembali semua kenangan yang kudapat di Jepang hingga
datangnya hari di saat Bapak Angkatku yang tinggal di Nagaoka menjemputku dan
mengajakku untuk pergi bermain ski untuk yang terakhir kalinya. Di perjalanan
panjang kami menuju lereng gunung yang terdapat ski resort terbesar di Niigata
itu, naas badai salju tiba kembali. Tak lama setelah diam tak bergerak sama
sekali di tepi jalan, mobil kami kembali bergerak perlahan mengingat badai salju
masih bisa datang kembali. Dalam perjalanan itu datang sebuah perasaan aneh,
seperti perasaan lega. Sesaat setelah badai salju yang turun dengan hebat
akhirnya berganti dengan bunga salju yang lembut, membuat perjalanan daat itu
terasa memuaskan jiwa. Aku menyadari pada saat itu juga kalau perjalanan
hidupku di Jepang seperti dengan turunnya salju itu. Ada duka yang datang, ada
sukacita yang datang.Tanpa kusadari, Aku mendapatkan sebuah harta karun; keluarga
baru yang benar-benar menerima dan bahkan menyayangiku dengan tulus.Kerinduanku
akan pulang ke rumah menjadi seperti sebuah penyesalan. Namun dengan keikhlasan
dan rasa syukur, masa-masa perjalanan hidup disana dengan mereka harus
kuusaikan dengan dinginnya musim dingin dan indahnya gambaran musim dingin. Dan
dalam hati akhirnya aku dapat berkata “This is the best trip I’ve ever been on.”
Comments
Post a Comment